Minggu, 13 Desember 2009

VISI MAJALENGKA DALAM OPINI

Visi REMAJA (Religius, Maju, dan Sejahtera) akan cepat tercapai manakala lembaga-lembaga keagamaan benar-benar diberdayakan keberadaanya. Bukan saja sekedar ada, akan tetapi Lembaga-lembaga agama tersebut benar-benar diperhatikan sekaligus dibina seoptimal mungkin. Salah satunya adalah Madrasah Diniyah yang harus benar-benar mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah. Hal ini tidak terlepas dari peran serta MD dalam ikut menciptakan kader-kader agamis yang paling dasar.
Kita lihat sekarang, hampir dipelosok desa keberadaan MD kurang sentuhan dari pemerintah, baik itu dari proses operasionalnya maupun dari segi anggaran. Selama ini MD hanya mengandalkan swadaya masyarakat maupun pengelola dalam operasional maupun pembiayaannya. Lebih memprihatinkan lagi, jumlah siswa MD dari tahun ke tahun semakin berkurang. Hal ini disebabkan semakin menurunnya minat para orang tuan untuk memasukan anaknya ke MD. Kepesimisan orang tuan terhadap peran MD ini menjadi kendala utama untuk tetap menpertahankan keberadaan MD.
Wajar saja orang tua ataupun masyrakat memejamkan mata terhadap keberadaan MD, karena memang sampai saat ini legal formal lulusan MD belum diakui. Bentuk ijzah ataupun sertifikat lulusan MD tidak punya arti formalistik baik untuk kerja maupun melanjutkan sekolah.
belum lagi kalau kita melihat dari segi anggaran atau pembiayaan yang ada pada MD, ini jauh sekali dibandingkan sekolah-sekolah formal. Tidak heran kalau pengeolaan sekaligus pembiayaan MD mengandalkan piha-pihak tertentu baik itu pengelola maupun masyarakat. Sehingga perkembangan serta kualitas MD terkadang tidak stabil menyesuaikan dengan kondisi pengelola maupun nilai swadaya masyarakat. Ya wajar kalau ada yang bilang mengelola ataupun mengajar MD jangan mengharapkan gaji ataupun materi, tapi cukup yakini dengan ikhlas "Lillahi Ta'alaa".
Problematika seperti inilah yang menjadi fokus utama kita untuk ikut memberikan solusi terhadap MD. Alangkah bijaknya ketika Pemkab dengan VISI nya REMAJA ikut terlibat langsung memberikan kebijakan-kebijakan yang bisa lebih mengoptimalkan peran MD, baik kebijakan berupa anggaran ataupun kebijakan yang sifatnya hukum. Untuk bidang anggaran, Pemkab seharusnya berani memberikan angaran rutin yang sifatnya stimulus bagi MD dengan terus meningkatkan dana isntensit baik untuk operasional MD maupun gaji guru2 MD. Adapun dari segi hukum, Pemkab harus sesegera mungkin mengeluarkan PERDA tentang MD yang didalamnya mengatur semua urusan yang berkaitan dengan MD. Kalaupun memang sulit untuk mengeluarkan PERDA, minimalnya ada Surat Keputusan Bersama Dinas yang isinya untuk memajukan peran MD baik dari segi Kualitas maupun Kuantitas.
Kami hanya bisa berharap dan menunggu sejauh mana Visi REMAJA benar-benar direalisasikan melalui lembaga-lembaga Keagamaan salah satunya Madrasah Diniyah

Selasa, 08 Desember 2009

DANA BEASISWA MISKIN DI KEC TALAGA DIDUGA TIDAK TEPAT SASARAN

Majalengka:
Dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan serta mengurangi angka putus sekolah, pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional meluncurkan sejumlah program diantaranya pemberian beasiswa untuk siswa miskin. Besaran dana beasiswa untuk jenjang sekolah dasar (SD) senilai Rp.36000 ribu per anak untuk satu tahun pelajaran. Sementara untuk siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) senilai Rp. 780 ribu. Berdasarkan keterangan yang diperoleh di lapangan tahun 2009 banyak siswa SD yang menerima bantuan tersebut atau mendapatkan bantuan beasiswa dari pemerintah. Penerima bantuan bukan hanya siswa pada sekolah negeri, namun juga diberikan kepada siswa pada sekolah swasta.
“Mekanisme pengambilan dana melalui kantor pos selama enam bulan sekali. Beasiswa ditujukan secara langsung kepada siswa penerima program dan tidak boleh diambil oleh pihak sekolah. Hanya saja mekanisme pengambilannya bisa oleh pihak sekolah ataupun oleh siswa secara lansung. dana yang diterima oleh masing-masing siswa adalah sebesar Rp 360.000 pertahun..
Namun sangat disayangkan turunya dana BSM masih teganjal kendala di beberapa sekolah dasar di kecamatan talaga kabupaten majalengka pihak sekolah menyalurkan dana diduga tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Menurut informasi yang di himpun tim tipikor dari berbagai sumber dana yang seharusnya diterima senilainya Rp 360000,- untuk jenjang SD tersebut kenyataan yang ada. Seolah dana BSM tersebut ada indikasi penyaluran dana tidak menempuh aturan serta prosedur yang telah ditentukan hal ini terbukti di bebepa SDN di kecamatan malausma yang terbukti menyalahi aturan tentang penyerahan dana BSM
UPTD TK/SD kecamatan talaga seolah tidak bisa mengarahkan atau mensosialisasikan aturan tersebut karena masih banyak sekolah yang dianggap telah melakukan kesalahan dan bisa patal apalagi dengan memanipulasi data yang sebenarnya jelas hal ini akan jadi polemik bagi setiap pelaku kesalahan sementara pihak sekolah menganggap bahwa hal tersebut adalah kebijakan dengan dasar musyawarah antara orang tua siswa penerima dana BSM sehingga ini dianggap pengembangan dan akhirnya siswa yang lain bisa kebagian disamping itu pihak sekolah memperitungkan bahwa siswa yang termsuk miskin itu tidak sedikit di sekolah kontroversi anatara kebijakan dengan aturan
Sementara menurut kepala UPTD TK/ SD saat di temui menjelaskan.....munkin itu kebijakan sekolah. Yang penting uang tersebut nyampe kepada muri lagi pula di sekolah juga ada komite ujarnya"
Pemerintah kabupaten majalengka atau intansi terkait dan khususnya dinas pedidikan segera turun tangan serta harus melakukan klarivikasi terhadap sekolah sekolah dan menindak tegas para sekolah yang dianggap melanggar paraturan

'Mafia" DAK Pendidikan di Majalengka Mesti Ditindak Tegas

'Mafia" DAK Pendidikan di Majalengka Mesti Ditindak Tegas
-Penyeleweng dana pendidikan atau "Mafia pendidikan", di Kabupaten Majalengka mesti ditindak tegas karena mereka telah menghambat perkembangan pembangunan daerah ini khususnya di bidang pendidikan.Demikian sebagaimana dikatakan oleh Aktivis 98, Dedi Barnadi, Senin (7/12).

Ia menegaskan terkait ambruknya dua sekolah dasar penerima dana DAK yang menggunakan atap baja ringan.

"Penunjukan dua rekanan rangka atap baja ringan untuk mengerjakan DAK penuh dengan penyelewengan dan KKN, mulai dari mekanisme tender yang tertutup,lemahnya pengawasan di lapangan sehingga kualitas jauh dari speck, " katanya.

Menurut dia, penyeleweng dana pendidikan itu, sama dengan "Mafia Pendidikan", mereka mencari keuntungan dengan menyelewengkan dana pendidikan yang diperoleh dari negara dan rakyat dengan memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi.

"Praktik penyelewengan dana pendidikan seperti ini tidak bisa dibiarkan, karena daerah ini tidak akan pernah bisa berkembang,"ujarnya.

Selain itu di duga juga banyak baja ringan yang digunakan adalah hasil home industry bukan pabrikan sehingga tidak menggunakan standar nasional atau SNI. Bukan itu saja pemasangan juga sembrono, karena dilakukan oleh bukan ahlinya sehingga kualitas pun jauh dari RAB.

"Seharusnya pihak kepolisian, kejaksaan, bahkan bila perlu KPK memeriksa semua pihak-pihak terkait seperti Disdik, Kimpraswil, Kabag Pembangunan, Rekanan mengingat dana DAK yang besar jumlah kurang lebih 30 Miliar, " ujar dia.

Selanjutnya adalah momentum tepat momentumnya saat ini, pada 9 Desember sebagai agenda bersama hari anti korupsi.

"Tangkap dan adili Mafia DAK Pendidikan di Majalengka, jangan sampai muncul korban siswa karena kualitas yang buruk, " bebernya.

SEPINTAS MENGENAL MAJALENGKA

Mengenal Majalengka Yuk !

tags: buah tangan khas Majalengka, Bunderan Cigasong, Cikijing, Jatiwangi, Kecap Cap maja, Kecap Cap Segitiga, Majalengka, Makanan Khas Majalengka, Produsen Kecap, Talaga
by kabariberita

Gerah dan teriknya sengatan matahari di ruas pantai utara Jawa Barat sedikit terhapus saat lewat jalur alternatif yang melintasi ”Kota Angin” Majalengka. Embusan angin dan pemandangan alam Gunung Ciremai menyejukkan perjalanan panjang melewati kota yang terletak 44,5 kilometer arah barat daya Cirebon ini.

Majalengka adalah salah satu kota di jalur alternatif pemudik asal Jakarta dan Bandung menuju Jawa Tengah. Ketika jalur pantura macet, pemudik asal Jakarta biasanya diarahkan melewati Subang-Cikamurang-Kadipaten, kemudian melewati Majalengka menuju Cirebon selanjutnya ke Brebes.

Demikian pula pemudik asal Bandung, yang sering terjebak macet di daerah Prapatan karena pasar tumpah, juga diarahkan ke Majalengka dari arah Kadipaten. Setelah masuk kota Majalengka, ada dua jalan yang bisa dipilih pemudik menuju Brebes, Jateng. Rute pertama lewat Sumber-Kota Cirebon-Kanci, sedangkan rute kedua melalui Cikijing-Kuningan-Cidahu-Ciledug.

Titik persimpangan di antara kedua rute itu adalah Bundaran Cigasong, Majalengka. Dari bundaran itu, belok ke kanan jika ingin menempuh rute lewat Cikijing. Namun, jika ingin menempuh rute pertama, melewati Sumber, ambil jalan lurus dari arah kota. Kondisi jalan di kedua rute sama-sama mulus meski lebarnya hanya 5-6 meter.

Pada rute pertama, ada sekitar 10 stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) yang representatif. Adapun pada rute kedua, yang melewati kota-kota kecil antara Majalengka dan Kuningan, ada tujuh SPBU. Toko-toko swalayan pun sudah tersebar sampai ke kota-kota kecilnya, seperti Cikijing, Maja, dan Bantarujeg.

Untuk menginap, terdapat beberapa hotel melati dan bintang satu di kota Majalengka, yang siap menampung pemudik yang kemalaman. Tarif penginapan di sana Rp 65.000-Rp 245.000 per malam.

Kecap asli Majalengka

Memang tak banyak yang bisa dijinjing menjadi buah tangan khas Majalengka. Namun, bukan berarti pemudik akan pulang ke kampung dengan tangan hampa.

Majalengka tersohor dengan kecapnya, baik kecap manis maupun asin. Kecap asli Majalengka terkenal karena kekentalan dan cita rasa kedelainya benar-benar terasa. Setidaknya, ada dua merek kecap yang bisa dijadikan pilihan oleh-oleh bagi keluarga di kampung, yakni cap Maja Menjangan dan Segitiga.

Keduanya sama-sama diolah secara tradisional, dari pembuatan hingga pengemasan, dan bisa bertahan sampai dua tahun meski tanpa bahan pengawet. Hampir semua toko kelontong di Majalengka menjual kecap ini, termasuk supermarket dan toko-toko di persimpangan Kadipaten.

Jika ingin membeli langsung ke pabrik, mampirlah ke Jalan Emen Selamet (Maja Menjangan) dan ke Jalan Raya Tonjong (Kecap Segitiga).

Selain kecap, ada oleh-oleh khas yang bisa dibeli di dua gerai oleh-oleh, yakni gerai Asosiasi Industri Kecil Menengah Agro di Jalan Tonjong dan kedai Ibu Popon di dekat Kantor Kelurahan Cijati. Di tempat tersebut tersedia keripik pisang muli (sejenis pisang susu berukuran hanya sebesar ibu jari), keripik nangka, dodol jambu biji, dan oncom. Harga jualnya mulai Rp 4.000 hingga Rp 20.000 per bungkus.

Saran Admin Jalur Alternatif Kadipaten, Bunderan Cigasong, Maja, Talaga, Cikijing, Kuningan Relatif sepi untuk mengatasi kepadatan Arus mudik dibanding rute pertama….

JANGAN ADA PUNGUTAN BERAT DI SEKOLAH

Pungutan Jangan Beratkan Orang Tua Siswa



- Wakil Bupati Majalengka menginstruksikan semua SMA/SMK tidak melakukan pungutan terlalu besar terhadap orang tua siswa terlebih terhadap keluarga tidak mampu. Pernyatan tersebut disampaikan H.Karna Sobahi, menyikapi adanya keluhan dari orang tua siswa yang anaknya sekolah di SMA Rajagaluh, yang pada awal tahun ajaran baru dipungut biaya registrasi senilai Rp 470.000,00 bagi siswa yang sudah duduk di kelas II dan III.

Menurut dia, kalau sekolah melakukan pungutan terhadap orang tua siswa harus jelas alasannya dan peruntukannya, demikian juga administrasi keuangannya. “Adanya pungutan tersebut harus atas dasar musyawarah yang dilakukan oleh semua orang tua siswa dan sekolah bukan berdasarkan kesepakatan yang hanya diwakili beberapa orang tua siswa saja, karena tidak semua orang tua siswa berasal dari keluarga mampu,” ujar H.Karna.

Untuk menghindari terus munculnya pungutan untuk biaya sekolah kepada orang tua siswa, Wakil Bupati mengingatkan, setiap kepala sekolah harus memiliki jiwa enterpreneur, serta menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap pendidikan. Sehingga masyarakat bisa ikut memberikan kontribusi pikiran dan materi untuk kepentingan sekolah.

“Dan jangan sekali-kali pihak sekolah menganggap kalau yang disebut masyarakat itu adalah orang tua siswa sehingga pungutan biaya pendidikan terus dibebankan kepada orang tua siswa. Karena yang disebut masyarakat itu adalah masyarakat umum, bukan orang tua siswa,” kata H. Karna.

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga H.Riswan Graha didampingi Sekretaris menyebutkan, pihaknya sudah berusaha memintai keterangan dari sejumlah kepala sekolah mengenai adanya pungutan terhadap siswa, serta mengeluarkan surat agar pihak sekolah tidak membebani orang tua siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu.

“Kita sudah konfirmasi semua kepala sekolah termasuk memintai keterangan dari Kepala SMA Rajagaluh yang beralasan pungutan tersebut adalah pungutan yang telah biasa dilakukan setiap tahun, namun bedanya tahun ini dipungut sekaligus pada awal tahun,” ungkap H.Sanwasi.

Disebutkan, pungutan sebesar Rp 400.000,00 lebih yang dilakukan SMA Rajagaluh tersebut berdasarkan keterangan kepala sekolahnya diperuntukan bagi uang ekstrakurikuler, latihan komputer dan lain-lain. Dana yang biasanya dicicil setiap bulan kini dipungut sekaligus untuk satu tahun. “Ini pasti memberatkan orang tua, karena uang dipungut sekaligus,” ujar H.Sanwasi

TIP MENLIS BERITA OLEH: UDIN AUDINA

TIP MENLIS BERITA
OLEH: UDIN AUDINA
Menulis adalah pekerjaan seni. Pelukis terkenal Sudjojono pernah ditanya seseorang, "Bagaimana Anda melukis?" Sudjojono malah balik bertanya, "Apakah saudara punya buku panduan naik sepeda?" Begitulah. Menulis berita pun tak jauh beda dengan pekerjaan melukis.

Namun, karena berita menyajikan fakta-fakta, ada kaidah-kaidah tertentu yang tak boleh ditinggalkan seorang wartawan. Ada begitu banyak buku panduan dan teknik menulis berita yang sudah diterbitkan yang ditulis wartawan senior, meski pokok-pokoknya mengacu pada satu hal. Jika pun makalah ini ditulis, hanya sedikit pokok-pokok yang bisa dijelaskan, karena menulis berita tidak mungkin diuraikan secara sistematis.

Berbeda dengan majalah yang sifat beritanya lebih analisis, berita keras tidak boleh beropini. Sehingga tulisan hanya menyajikan fakta-fakta. Dan waktu juga menjadi perhatian lainnya. Berita majalah berbentuk feature berita sehingga sifanya tidak tergantung waktu. Sedangkan koran yang terbit harian sifat beritanya pun terbatas oleh waktu. Esok harinya, sudah ada berita baru sebagai perkembangan berita sebelumnya. Apalagi media dotcom yang melaporkan perkembangan dari jam ke jam bahkan dari menit ke menit. Di sini hanya akan dibatasi menulis berita keras.

Judul
1. Judul berita sebisa mungkin dibuat dengan kalimat pendek, tapi bisa menggambarkan isi berita secara keseluruhan. Pemberian judul ini menjadi penentu apakah pembaca akan tertarik membaca berita yang ditulis atau tidak.

2. Menggunakan kalimat aktif agar daya dorongnya lebih kuat. Seorang penulis novel terkenal, Stephen King, pernah mencemooh penulis yang menggunakan kalimat aktif. "Kalimat pasif itu aman," kata King. Mungkin benar, tapi memberi judul berita bukan soal aman atau tidak aman. Judul aktif akan lebih menggugah. Bandingkan misalnya judul "Suami Istri Ditabrak Truk di Jalan Tol" dengan "Truk Tronton Tabrak Suami Istri di Jalan Tol". Judul kedua, rasanya, lebih hidup dan kuat. Namun pemberian judul aktif tidak baku. Ada judul berita yang lebih kuat dengan kalimat pasif. Biasanya si subyek berita termasuk orang terkenal. Misalnya judul "Syahril Sabirin Divonis 3 Tahun Penjara."

3. Persoalan judul menjadi menarik seiring munculnya media berita internet. Memberi judul untuk koran yang waktunya sehari tidak akan memancing pembaca jika mengikuti peristiwa yang terjadi, karena peristiwa itu sudah basi dan ditulis habis di media dotcom. Memberi judul untuk koran sebaiknya memikirkan dampak ke depan. Misalnya, judul "Syahril Sabirin Divonis 3 Tahun Penjara."

Bagi koran yang terbit esok pagi, misalnya, judul ini basi karena media dotcom dan radio (juga) televisi, sudah memberitakannya begitu vonis dijatuhkan. Untuk mengetahui dampak ke depan setelah vonis dijatuhkan, wartawan yang meliput harus kerja lebih keras. Misalnya dengan bertanya ke sumber-sumber dan Syahril sendiri soal dampak dari vonis itu.

Pembaca, tentu saja ingin tahu perkembangan berikutnya pada pagi hari setelah mendengar berita tersebut dari radio, televisi dan membaca internet malam sebelumnya. Namun, soal judul untuk koran dan media dotcom dengan cara seperti ini masih menjadi perdebatan. Karena judul "Syahril Sabirin Divonis..." masih kuat ketika ditulis esok harinya. Ini hanya soal kelengkapan saja. Jika dotcom dan media elektronik hanya membuat breaking news-nya saja, koran-karena mempunyai waktu tenggat lebih lama-bisa melengkapi dampak-dampak tersebut di tulisannya, meski memakai judul yang sama.

Lead
1. Selain judul, lead bisa menjadi penentu seorang pembaca akan melanjutkan bacaannya atau tidak. Sehingga beberapa buku panduan menulis berita menyebut lebih dari 10 lead yang bisa dipakai dalam sebuah berita. Namun, hal yang tak boleh dilupakan dalam menulis lead adalah unsur 5W + 1H (Apa/What, Di mana/Where, Kapan/When, Mengapa/Why, Siapa/Who dan Bagaimana/How) . Pembaca yang sibuk, tentu tidak akan lama-lama membaca berita. Pembaca akan segera tahu apa berita yang ditulis wartawan hanya dengan membaca lead. Tentu saja, jika pembaca masih tertarik dengan berita itu, ia akan melanjutkan bacaannya sampai akhir. Dan tugas wartawan terus memancing pembaca agar membaca berita sampai tuntas.

2. Lead terkait dengan peg atau biasa disebut pelatuk berita. Seorang reporter ketika ditugaskan meliput peristiwa harus sudah tahu "pelatuk" apa yang akan dibuat sebelum menulis berita. Pelatuk berbeda dengan sudut berita. Ada satu contoh. Misalkan seorang reporter ditugaskan meliput banjir yang merendam ratusan rumah dan warga mengungsi. Yang disebut sudut berita adalah peristiwa banjir itu sendiri, sedangkan peg adalah warga yang mengungsi. Mana yang menarik dijadikan lead? Anda bisa memilih sendiri. Membuat lead soal mengungsi mungkin lebih menarik dibanding banjir itu sendiri. Karena ini menyangkut manusia yang secara langsung akan berhubungan dengan pembaca. Berita lebih menyentuh jika mengambil lead ini. Manusia, secara lahiriah, senang menggunjingkan manusia lain.

Badan Berita
1. Penentuan lead ini juga membantu reporter menginventarisasi bahan-bahan berita. Sehingga penulisan berita menjadi terarah dan tidak keluar dari lead. Inilah yang disebut badan berita. Ada hukum lain selain soal unsur pada poin 1 tadi, yakni piramida terbalik. Semakin ke bawah, detail-detail berita semakin tidak penting. Sehingga ini akan membantu editor memotong berita jika space tidak cukup tanpa kehilangan pentingnya berita itu sendiri.

2. Untuk lebih mudahnya, susun berita yang berawal dari lead itu secara kronologis. Sehingga pembaca bisa mengikuti seolah-olah berita itu suatu cerita. Teknik ini juga akan membantu reporter memberikan premis penghubung antar paragraf. Hal ini penting, karena berita yang melompat-lompat, selain mengurangi kejelasan, juga mengurangi kenyamanan membaca.

3. Cek dan ricek bahan yang sudah didapat. Dalam berita, akurasi menjadi hal yang sangat penting. Jangan sungkan untuk menanyakan langsung ke nara sumber soal namanya, umur, pendidikan dan lain-lain. Bila perlu kita tulis di secarik kertas lalu sodorkan ke hadapannya apakah benar seperti yang ditulis atau tidak. Akurasi juga menyangkut fakta-fakta. Kuncinya selalu cek-ricek-triple cek.

Bahasa
1. Bahasa menjadi elemen yang penting dalam berita. Bayangkan bahwa pembaca itu berasal dari beragam strata. Bahasa yang digunakan untuk berita hendaknya bahasa percakapan. Hilangkan kata bersayap, berkabut bahkan klise. Jika narasumber memberikan keterangan dengan kalimat-kalimat klise, seorang reporter yang baik akan menerjemahkan perkataan narasumber itu dengan kalimat-kalimat sederhana. Tentu saja kita tidak mengerti jargon-jargon yang seperti, "Disiplin Mencerminkan Kepribadian Bangsa" yang ditulis besar-besar pada spanduk. Siapa yang peduli bangsa? Berita yang bagus adalah berita yang dekat dengan pembaca.

2. Menulis lead yang bicara. Untuk mengujinya, bacalah lead atau berita tersebut keras-keras. Jika sebelum titik, nafas sudah habis, berarti berita yang dibuat tidak bicara, melelahkan dan tidak enak dibaca. Ada buku panduan yang menyebut satu paragraf dalam sebuah berita paling panjang dua-tiga kalimat yang memuat 20-30 kata. Untuk menyiasatinya cobalah menulis sambil diucapkan.

3. Berita yang bagus adalah berita yang seolah-olah bisa didengar. Prinsipnya sederhana, makin sederhana makin baik. Seringkali reporter terpancing menuliskan berita dengan peristiwa sebelumnya jika berita itu terus berlanjut, sehingga kalimat jadi panjang. Untuk menghindarinya, jangan memulai tulisan dengan anak kalimat atau keterangan. Agar jelas, segera tampilkan nilai beritanya.

4. Menghidari kata sifat. Menulis berita dengan kata sifat cenderung menggurui pembaca. Pakailah kata kerja. Menulis berita adalah menyusun fakta-fakta. Kata "memilukan", misalnya, tidak lagi menggugah pembaca dibanding menampilkan fakta-fakta dengan kata kerja dan contoh-contoh. Tangis perempuan itu memilukan hati, misalnya. Pembaca tidak tahu seperti apa tangis yang memilukan hati itu. Menuliskan fakta-fakta yang dilakukan si perempuan saat menangis lebih bisa menggambarkan bagaimana perempuan itu menangis. Misalnya, rambutnya acak-acakan, suaranya melengking, mukanya memerah dan lain-lain. "Don't Tell, But Show!"

5. Menuliskan angka-angka. Pembaca kadang tidak memerlukan detail angka-angka. Kasus korupsi seringkali melibatkan angka desimal. Jumlah Rp 904.775.500, lebih baik ditulis "lebih dari Rp 904 juta atau lebih dari Rp 900 juta".

Ekstrak
1. Jangan pernah menganggap pembaca sudah tahu berita yang ditulis. Dalam menulis berita seorang reporter harus menganggap pembaca belum tahu peristiwa itu, meski peristiwanya terus berlanjut dan sudah berlangsung lama. Tapi juga jangan menganggap enteng pembaca, sehingga timbul kesan menggurui. Menuliskan ekstrak peristiwa sebelumnya dalam berita dengan perkembangan terbaru menjadi penting

SDN I JAGASARI TINGKATKAN KWALITAS

Sekolah merupakan salah satu faktor penentu mutu Sumber Daya Manusia. Memlalui lembaga ini para peserta didik baik secara mental maupun intelektual digembleng, untuk dapat mencapai sesuai dengan target yang ditetapkan oleh sekolah. Sementara itu apabila kita amati kondisi SDM kita, Kualitas manusia Indonesia yang belum begitu memuaskan telah menjadi berita rutin. Setiap keluar laporan Human Development Index, posisi kualitas SDM kita selalu berada di bawah. Salah satu penyebab dan sekaligus kunci utama rendahnya kualitas manusia Indonesia adalah kualitas pendidikan yang rendah. Kualitas sosial-ekonomi dan kualitas gizi-kesehatan yang tinggi tidak akan dapat bertahan tanpa adanya manusia yang memiliki pendidikan berkualitas.
SD Negeri JAGASARI kecamatan cikijing ini sedang berjuang keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan upaya kearah tersebut memerlukan dukungan dari berbagai pihak terutama guru sebagai pengajar juga peran serta dari masyarakat. Karena pendidikan dipandang sebagai salah satu alternatif yang efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus kualitas SDM. Sekolah unggulan diharapkan melahirkan manusia-manusia unggul yang amat berguna untuk membangun negeri sehingga masa depan bangsa jadi terarah. Demikian dikatakan muhyadi selaku kepala SDN jagasariI saat ditemui beberapa waktu lalu.SDNjagasari yang berlokasi di desa jagasarisaat ini terus berupaya untuk meningkatkan kwalitas pendidikan tidak lepas dari kerja sama dengan sumua pihak untuk bersama-sama dalam meningkatkan SDM yang tangguh agar generasi yang akan datang jadi terarah. Muhyadi menambahkan. Tak dapat dipungkiri setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi manusia unggul. Hal ini dapat dilihat dari animo masyarakat untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah-sekolah dalam dengan tujuan agar setiap siswa dapat memiliki kemampuan. Bekal masa yang akan dating.karena. Dalam konsep yang sesungguhnya, sekolah adalah yang secara terus menerus meningkatkan kinerjanya dan menggunakan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal untuk menumbuh-kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Berarti bukan hanya prestasi akademis saja yang ditumbuh-kembangkan, melainkan potensi psikis, fisik, etik, moral, religi, emosi, spirit, adversity dan intelegensi.”ujarnya”(adin

PERINGATAN HUT PGRI RANTING CIKIJING


Majalengka:

Peranan guru dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sungguh besar dan sangat menentukan. Guru merupakan salah satu factor yang strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang meletakkan dasar serta turut mempersiapkan pengembangan potensi peserta didik untuk masa depan bangsa. Undang-undang tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sejak masa penjajahan, guru selalu menanamkan kesadaran akan harga diri sebagai bangsa dan menanamkan semangat nasionalisme kepada peserta didik dan masyarakat. Pada tahap awal kebangkitran nasional dan pada masa pendudukan Jepang, para guru terlibat dalam organisasi pemuda pembela tanah air dan Pembina jiwa serta semangat para pemuda pelajar.”ujar Drs H. D wahyudin MM kepala UPTD TK/SD kecamatan cikijing. lebih lanjut wahyudin memaparkan bahwa momentum HUT PGRI dalam upaya mengenang sejarah guru di tahah air kita sekaligus mempererat tali kebersamaan dengan sesama serta berupaya dalam meningkatkan kwalitas pendidikan karena
Profesi sebagai seorang guru hingga kini tetap menempati posisi terhormat pada strata sosial masyarakat kita. Karena itu, tidak heran ada adagium yang mengatakan bahwa guru ditiru dan digugu. Artinya, selain guru sebagai orang yang dipercaya dan dimuliakan juga menjadi suri tauladan, terlebih bagi para anak didik. Dengan HUT PGRI inikita berupaya terus
. untuk Meningkatkan berkembangnya budaya mutu dikalangan guru dan pemangku kepentingan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.
Meneladani semangat dan dedikasi guru sebagai pendidik semua anak bangsa, dalam peningkatan sumber daya manusia yang bermutu
Meningkatkan kesadaran dan kepedulian bangsa Indonesia akan pentingnya kedudukan dan peran strategis guru dalam membangun karakter bangsa Indonesia yang bermartabat ”ujarnya” semmetara menurut ketua PGRI kecamatan cikijing sondano Spd saat di temui mengatakan bahwa dalam rangka memeriahkan HUT PGRI di isi dengan berbagai kegiatan di antaranya volley ball,badminton, serta jalan santai dengan rute yang telah di tentukan oleh panitia. Kegiatan ini adalah kegiatan yang rutin dalam setiap tahunya dan mengajak semua unsure agar tali kebersamaan tetap berjalan hadir dalam acara tersebut muspika sertabanyaknya peserta jalan santai. Ujarnya”

Senin, 07 Desember 2009

OPINI PENDIDIKAN

Apa gunanya belajar begitu lama dan begitu tinggi, menghabiskan waktu belasan tahun, malah sampai dua puluh atau dua puluh lima tahun, kalau pada akhirnya menjadi sarjana pengangguran atau intelektual pengangguran. Dikatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mendidik generasi bangsa ini menjadi orang yang bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, namun dalam realita pendidikan kita hanya mampu melahirkan generasi yang senang meramaikan mall, plaza dan tempat rekreasi. Barangkali itu semua terjadi karena kita , pemerintah, masyarakat, orangtua dan guru, telah salah dalam mendidik. Kalau begitu kita semua harus bertanggung jawab atas fenomena ini.

Generasi senior seperti orangtua, mamak, dan kakak yang sukses perlu tahu bahwa mereka harus membekali generasi muda, anak- anak , suatu kekuatan untuk menghadapi dan menjalani kehidupan ini. Mereka tidak perlu untuk melakukan studi banding jauh- jauh, cukup belajar dari makhluk yang hidup di seputar mereka.

Induk ayam., secara instink tahu sekali bahwa ia perlu mengajar anak- anaknya agar bisa memiliki kekuatan untuk menghadapi hidup. Ia memberi model (pelajaran dan contoh langsung) bagaimana agar mereka bisa memiliki cakar dan paruh yang kuat untuk mengais rezeki yang tersembunyi. Kucing liar (bukan kucing rumahan yang hidup manja) secara instink juga mengajar anak- anaknya lewat latihan dalam bentuk pemodelan- melonpat dan menerkam- agar anak anaknya bisa menjadi cerdas untuk melompat, menerkam dan mencakar rezki dan meghadapi problema hidup dengan tangguhnya.

Lantas bagaimana eksistensi orangtua dalam mendidik dan mewarisi kehidupan yang layak bagi anak ? Terus terang bahwa tidak banyak orangtua yang tahu teori tentang mendidik. namun mereka mewarisinya dalam bentuk pemberian model, latihan dan kesempatan dalam berbuat.

Orang tua, dalam generasi masa lalu, mempunyai banyak anak, karena program Keluarga Berencana belum mereka kenal. Saat itu alam dan lingkungan masih aman, ramah dan jauh dari berbagai jenis polusi. Mereka membiarkan anak lepas di alam bebas, mengeksplorasi alam. Bila sudah agak besar,dalam tradisi orang Minang masa lalu, maka anak laki- laki memilih tidur di surau. Disana mereka berbagi ilmu tentang life skill – kecakapan hidup- bersilat, berpidato dan mengolah lahan. Bila saatnya tiba, maka ayah dan / atau paman (mamak) memberi model dan peran dalam kehidupan- seperti mengurus kebutuhan kaum kerabat.. dan demikian juga anag gadis memperoleh peran sesuai dengan posisinya di rumah.

Ibu dan ayah karena punya banyak anak musti membanting tulang sebagai wujud tanggung jawab. Ibu pun kekurangan waktu dalam mengurus anak secara detail. Anak saat itu jauh dari karakter over protective (watak terlalu melindungi), karakter orang tua yang serba melarang dan karakter serba membantu.

Pada masa itu setiap anak dari kecil sudah mengenal hidup susah, mereka serba mencoba pengalaman hidup- diterpa oleh hujan dan panasnya kehidupan. Bila masa akhil balikh berakhir, memasuki awal usia dewasa. Mereka merasa malu untuk menjadi “anak mama”. Atau anak yang selalu berada di bawah ketek orang tua. Bagi mereka merantau adalah menjadi solusi dan alternative terbaik. Merantau untuk mencari hidup dan ilmu. Adalah fenomena pada saat itu, orang Minang dikenal sebagai perantau yang ulung. Mencari pengalaman hidup, belajar untuk hidup susah. Almarhum Buya Hamka memberikan perumpamaan ibarat memakan tebu, memulai dari ujung yang hambar dan kelak berakhir di ujung dengan kehidupan yang manis. Ujung yang manis sebagai hasil pengalaman hidup yang hambar dan pahit membuat orang Minang pada masa itu dikenal sebagai pedagang yang ulet dan tangguh di negeri orang.

Tetapi bagaimana keadaan generasi belakangan, generasi dimana setiap orang tua sudah agak tinggi tingkat pendidikannya, paling kurang tamat SLTA dan sudah paham manfaat memiliki dua atau tiga anak- keluarga yang kecil. Anak- anak yang tumbuh dalam keluarga kecil pertumbuhan biologinya lebih bagus, bisa memiliki asupan gizi yang lebih baik. Namun bagaimana dengan asupan pengalaman hidup mereka ?

Orang tua zaman sekarang, sebahagian, cendrung bersifat over protective , suka mencampuri kehidupan anak sampai terlalu detail, serba melarang dan banyak memanjakan anak dengan hal yang bersifat banyak hiburan dan serba membantu mereka. Orang tua zaman sekarang hanya lebih mencikaraui pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak , namun cendrung tidak tidak tahu atau kurang peduli terhadap perkembangan dan pendidikan pada aspek lain- kecakapan hidup, spiritual, emosional , sikap positive dan kecakapan lain nya.

Sekarang bila anak mampu bernyanyi sebagai artis organ tunggal, menyanyikan lagu syahdu dan romantis, maka ia akan dikagumi dan diberi sanjungan setinggi mungkin. Bila anak jagoan dalam matematika, maka orangtua hampir tidak sabar untuk memberi tahu pada setiap orang tentang kelebihan dan keunggulan anak. Namun bila anak tidak pandai membaca Alfatihah, lalai dalam menunaikan Shalat lima waktu adakalanya sebahagian orang tua tampak tidak peduli dan malah memaafkan.

Orang tua sadar betul bahwa mereka perlu mempersiapkan anak agar kelak bisa hidup sukses. Agar anak sukses di sekolah maka mereka punya resep yaitu “bebaskan mereka untuk melakukan tugas rumah”. Kerja anak Cuma belajar dan belajar- apalagi ia dibebani dengan segudang PR dari sekolah. Keperluan makan dan pakaian semua diurus oleh orang tua. Namun akhirnya anak menjadi gagap dalam menyapu, mencuci, memasak dan malah bersosial. Mereka diharapkan hanya bisa jadi juara kelas

Dalam kenyataan orang tua yang terlalu banyak berharap agar anak jadi pintar dan sempurna yaitu dengan cara serba membantu, serba memanjakan, serba mengatur dan serba melarang. Metode atau cara ini malah membuat anak jadi miskin dengan life skill – kecakapan hidup. Mereka tidak tahu bagaimana cara membersihkan rumah, dan bagaimana memasak rendang Padang. Ini salah satu potret dari pendidikan yang salah dalam mendidik.

Pendidikan yang bukan atau yang belum mendidik adalah fenomena yang juga terjadi dalam dunia pendidikan (baca: di sekolah). Sekali lagi, buat apa anak- anak belajar dari SD, SMP, SLTA dan terus ke Perguruan Tinggi dan tamat kalau hanya bisa menjadi pengangguran. Apakah ini sebagai hasil dari bentuk dan gaya pendidikan yang mereka lalui selama ini.

Hanya pendidikan pra sekolahlah – taman kanak kanak- yang berkesan bagi anak dan menyenangkan dalam hidup mereka. Pendidikan mulai dari SD sampai ke tingkat SLTA harus mereka lalui dengan berbagai macam bentuk benturan demi benturan dalam kehidupan mereka. Mereka harus tahu bagaimana persaingan sehat dan juga sering terjadi persaingan tak sehat. Bagaimana bereaksi ketika dipermalukan oleh teman. Dan anak mulai mengenal stress oleh beban tugas sekolah yang begitu padat. Jari- jari kecil mereka harus banyak menulis agar SKL (standar kelulusan) bisa tercapai agar nama sekolah tidak tercemar. Mereka harus dikarantina di sekolah dan menjadi lupa bagaimana indahnya bermain lumpur dan berenang di kolam yang masih menyimpan segarnya aroma alam.

Walau semua guru sudah tahu bagaimana melaksanakan proses belajar mengajar yang dituntut oleh kurikulum, maka tetap saja pembelajaran yang tradisional atau konvensional itu menarik dan sangat praktis - teacher centered, metode mencatat, metode berceramah, metode menghafal dan murid yang harus membeo atau membungkam. Agar nama guru bagus atau nama sekolah harum , Maka siswa harus bisa mengejar skor yang tinggi. Kunci nya adalah pembelajaran berfokus pada hasil- proses tidak perlu dihiraukan – anak atau siswa harus kaya dengan bentuk dan model test. Anak perlu digiring ke dalam suasana kelas yang membosankan- mereka harus rela berkorban untuk tidak membantu orangtua di sawah, mengawasi air kolam, atau memasak bersama nenek atau etek mereka di rumah, karena tuntutan sekolah lebih penting dari pada membantu orang tua dan melaksanakan tugas- tugas tadi. Namun kalau anak tidak punya kecakapan hidup, apakah itu karena kesalahan orang tua atau karena sekolah memonopoli waktu anak untuk berbakti (?).

Sejak ada kebijakan agar anak harus mampu menyelesaikan SKL atau bisa mencapai target skor kelulusan, maka semua sekolah berlomba membuat program bagaimana anak bisa gol, lulus seratus persen. Kasihan bila ada ada siswa yang gagal, nama baik sekolah bisa ambruk. Untuk menjaga citra baik sekolah, guru, mungkin juga kepala sekolah, komite dan kalau perlu juga orang tua harus memberi resep- bagaimana trik- trik mencontek dan melakukan rekayasa yang jitu. Pada akhirnya sekolah dengan skor tinggi sebagai hasil dari murid berbudaya mencontek diberi penghargaan dan kalau perlu diberitakan di media massa, sementara sekolah yang menjunjung tinggi nilai kejujuran namun harus memiliki skor agak rendah, memperoleh cibiran secara missal dan dicap sebagai sekolah yang telah gagal (?).

Dibalik fenomena pendidikan yang belum mendidik ini, ada usaha segelintir orang yang berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan. Mereka berfikir bahwa sangat diperlukan sekolah punya program akselerasi dan program perintisan lain. Namun ujung- ujungnya hanya masih memajukan pendidikan dalam segi kognitif. Untuk itu dikemas paket akselerasi yang apik dan lagi- lagi anak harus disandera agar mampu membahas soal- demi soal ujian standar nasional agar kelak bisa lulus di UMPTN dan kuliah di perguruan tinggi bergengsi.

Namun dalam kenyataan tidak semua anak yang tertarik pada kegiatan kognitif dan tidak semuanya bermimpi untuk studi di pulau Jawa . Sebagai akibat terpaksa ikut kegiatan akselerasi, mereka belajar asal asalan karena dipaksa oleh kolaborasi orang tua dan sekolah. Meminjam istilah pendidikan quantum teaching, sebahagian dari mereka mungkin hanya tertarik dengan kegiatan otot, kegiatan seni, kegiatan interpersoanal atau intrapersonal dan mungkin kelak disana karir mereka. Tetapi mengapa mereka dipaksa mengikuti pelajaran akselersai pada bidang kognitif yang penuh rumus dan bahasa yang kering, dan angka- angka. Program ini tidak salah namun tempatnya belum tepat menurut istilah- the right man in the right place.

Kalau pada banyak sekolah dibentuk English club, maka adalah juga tepat untuk membentuk club- club mata pelajaran- mathematics club, history club, geografpy club. Kemudian juga club berdasarkan hobi, dan minat seperti photography club, atau menghidupkan aktivitas yang berbasis life skill- berkebun, beternak, bertani. Bukankah pekerjaan seperti sudah dipandang sebelah mata oleh generasi muda. Padahal profesi pada bidang ini sangat mulia, menghidupi jutaan orang di dunia dan jauh dari dosa korupsi, kolusi dan nepotisme. Opini ini hanya mengajak setiap orang untuk melakukan kontemplasi tentang pendidikan yang belum punya nilai mendidik, yang telah melahirkan banyak generasi yang cemas menghadapi hidup.

SDN 1 BANJARANSARI UPAYAKAN PENDIDIKAN BERKWALITAS

Majalengka;

SDN banjaran sari 1 merupakan salah satu sekolah berprestasi dan terus melakukan berbagi upaya dalam memberikan layanan pendidikan berkualitas dan terbaik bagi para siswa dan siswinya. Keseriusan kepala sekolah dan para guru dalam memberikan layanan pendidikan yang berkualitas dan terbaik bagi siswa siswi dibuktikan dengan aktifnya sekolah tersebut dalam mengembangkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan pembinaan.

“Untuk memajukan pendidikan, menurut kepala SDN banjaransari masduki Spd saat di temui di ruang kerjanya mengatakan kami komitmen untuk terus memberikan layanan terbaik bagi para siswa siswi . Selain itu, kami juga terus berupaya dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan di sekolah ini,” tutur Kepala Sekolah SDNbanjaransari I masduki ketika ditemui di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu

Saat disinggung mengenai langkah-langkah strategis yang dilakukan dalam peningkatan mutu dan kualitas pendidikan ke depan, masduki menuturkan, bahwa upaya peningkatan SDN banjaransari dilakukan dengan cara meningkatkan kedisiplinan profesionalisme guru. Kemudian penataan lingkungan sekolah, pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dan pembinaan etika (akhlakul karimah) serta senantiasa menjaga hubungan baik antara masyarakat maupun Dinas terkait.

“Berbagai macam prioritas terus kami lakukan dalam peningkatan kualitas sekolah. Akan tetapi, pemberian layanan pendidikan berkualitas selalu menjadi prioritas kami dalam menyelenggarakan pendidikan di SDN banjaransari ini “ ungkapnya masduki, yang sudah lama ini menjabat sebagai Kepala Sekolah SDN mengungkapkan, bahwa untuk mengembangakan mutu pendidikan di sekolah tersebut dirinya tetap mengacu pada visi dan misi sekolah. “Dalam upaya mencapai visi dan misi, kami akan berupaya semaksimal mungkin tentang yang menyangkut dengan tupoksi sebagai kepala sekolah,adapun prestasi yang pernah di raih oleh siwa-siswi kami yaitu dari tahun 2003 juara 1 metematika, tahun 2004 juara 1 bulutangkis tahun 2005 juara 1solo dan juara 1 bermain music. 2007 juara 1 tenis meja dan IPA. Kedpanya kami akan teus berupaya untuk terus muningkatkan kwalitas pendididkan kerjasama dangan berbagai pihak juga peran serta masyarakat’’ jelasnya.

GURU PNS YANG MALAS HARUS DIAWASI

MAJALENGKA

Momentum HUT PGRI di kabupaten majalengka beberapa waktu lalU telah dilaksanakan hadir dalam acara tersebut kalangan tenaga pendidik sekabupaten Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Majalengka meminta Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Pemkab Majalengka untuk mengawasi para guru serta memberikan tambahan kemampuan mendidik. Hal ini untuk menanggapi adanya keluhan dari masyarakat soal banyaknya guru PNS yang malas dan tidak mampu mengajar sehingga mereka lebih banyak mengandalkan guru sukwan.Menurut keterangan anggota Dewan pendidikan Kabupaten Majalengka yang juga Ketua PGRI Majalengka H. Aman Nurkamal, beberapa watku lalu, Dinas Pendidikan kini harus melakukan pengawasan secara ketat terhadap guru-guru di setiap sekolah, serta mengevaluasi secara langsung soal kebenaran keluhan masyarakat mengenai hal tersebut."Keluhan masyarakat mengenai guru yang malas mengajar atau guru yang tidak mampu mengajar tidak bisa diabaikan karena akhirnya menyangkut masa depan serta kualitas pendidikan anak," ungkap H. Aman.Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar, H. Aman berpendapat, agar pemerintah bisa menyelenggarakan pelatihan bagi guru-guru mata pelajaran dan guru kelas. Jadi pelatihan jangan hanya keuangan dan komputer, karena guru pun butuh pencerahan dan peningkatan kemampuan. Dia juga mengimbau semua guru untuk ikut dalam wadah Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran, sehingga mereka bakal punya pencerahan dari guru-guru lainnya.Banyaknya guru-guru PNS yang malas mengajar dibenarkan oleh beberapa guru sukwan serta beberapa orang tua murid sekolah dasar. Menurut mereka, guru PNS ketika datang ke sekolah hanya memberi tugas kepada guru sukwan setelah itu bersantai di ruang guru atau ngobrol di warung sekolah."Banyaknya guru PNS malas mengajar mah bukan rahasia umum lagi, tidak bisa dihitung jumlahnya," ungkap seorang guru sukwan.Salah seorang orang tua murid bahkan sempat berang ketika anaknya akan menghadapi ujian praktik, ternyata tidak menguasai materi yang akan diujikan, karena materi ujiannya ternyata belum diajarkan oleh gurunya. (dn)