Majalengka
Warga Majalengka kembali menggelar aksi demo di
depan kantor Bupati dan gedung DPRD Majalengka.Aksi tersebut terkait dugaan
korupsi yang diduga melibatkan sejumlah pejabat, izasah palsu Bupati Majalengka,
Sutrisno, kasus penculikan dan masalah asusila serta kasus pergantian antar
waktu F-PDIP.
Massa yang
menamakan diri Komunitas Rakyat Majalengka Menggugat mendatangi Pendopo
Majalengka.Mereka prihatin atas matinya akhlak pejabat di lingkungan Pemkab Majalengka.
Selain di gedung
DPRD , aksi unjuk rasa massa juga dilakukan di depan pendopo Kabupaten
Majalengka. Kepada pimpinan dan anggota dewan, massa mendorong segera membuat
pansus kasus asusila ini.
Koordinator Lapangan aksi demo, Moh
Danu Ismanto dalam orasinya di depan kantor DPRD majalengka mengatakan,
pergantian antar waktu yang diajukan oleh F-PDIP atas nama Neneng Een Komariah
dan Oman dinilai keji. Pasalnya, dalam surat pengajuan PAW yang ditanda tangani
Sutrisno menyatakan bahwa Neneg dan Oman dinyatakan telah meninggal dunia.
Padahal, keduanya masih hidup.
Aksi dilanjutkan
ke pendopo, massa langsung berorasi. Di
antara mereka ada yang membawa keranda mayat, dan ada pula yang membakar ban
bekas. Tidak hanya itu, massa juga membagi-bagikan pakaian dalam jenis BH dan celana dalam wanita kepada
pegawai di lingkungan Setda Kabupaten Majalengka.
"Keranda mayat ini sebagai
simbol matinya akhlak pejabat di Majalengka, karena banyak kasus asusila yang
menyeret pejabat, termasuk bupati Majalengka," ujar perwakilan massa,
Saeful yunus menyebutkan, tuduhan kasus asusila yang
menyeret pejabat Majalengka bukan tanpa bukti. Ia menyontohkan, seorang warga
Majalengka terpaksa harus bercerai dengan istrinya gara-gara sang istri
berselingkuh dengan bupati Sutrisno. "Belum lagi kasus pejabat Dishub yang
selingkuh dengan anak buahnya hinga hamil," ujarnya
Ia berharap pejabat yang terlibat
dalam kasus asusila untuk mau bertanggung jawab, melepaskan jabatannya. Sebab,
tidak pantas seorang pejabat berbuat demikian.(AUDIN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar